Tuesday, November 14, 2006

Demografi Indonesia

Membaca berita ini, aku merasa senang, karena aku sendiri pernah merasakan betapa sulitnya mencari data-data kependudukan yang diperlukan dalam penulisan skripsi/tulisan ilmiah. Semoga dengan adanya data seperti ini semakin banyak tulisan ilmiah yang bisa diterbitkan.


Badan Pusat Statistik (BPS) bekerja sama dengan Australian National University (ANU), dan Lembaga Demografi (LD) Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia meluncurkan situs kependudukan Indonesia. Peluncuran situs yang beralamat di www.datastatistik-indonesia.com ini mengawali rapat teknis nasional “Rekonsiliasi Hasil Sensus Ekonomi 2006” di Kota Solo, Senin (13/11).



Situs yang pendanaannya didukung oleh Australian Overseas Aid Program (AusAID) ini utamanya berisi data kependudukan Indonesia sejak sensus tahun 1971. Ke depan, situs ini akan menyediakan hasil sensus kependudukan mulai tahun 1920 ditambah data statistik ekonomi Indonesia.



”Selain data kependudukan, nantinya juga akan kita tambah dengan data ekonomi. Untuk saat ini, yang sudah kami tambahkan adalah data inflasi bulanan untuk 45 kota, indeks pembangunan manusia (human development index), dan pendapatan domestik regional bruto (PDRB). Mereka yang butuh data statistik ini bisa mengaksesnya dari belahan dunia manapun melalui internet, tidak perlu ke BPS,” jelas Direktur Diseminasi Statistik BPS Abdur Rachman.



Situs ini dimaksudkan untuk membantu para penentu kebijakan dan perencana program di tingkat lokal agar dapat memahami konsep dan indikator demografi. Ditambah dengan data yang akurat, diharapkan mereka akan mampu mengembangkan kebijakan dan perencanaan pembangunan yang tepat.



”Angka statistik harus dimengerti bersamaan dengan konteksnya. Kadang-kadang polemik terhadap suatu data statistik terjadi karena masing-masing pihak kehilangan konteks. Situs ini kelebihannya tidak hanya memberi data tapi juga arti data, indikator serta metode yang dipakai,” jelas Kepala LD FE UI Suahasil Nazara.



Dalam hal ini LD memberi kontribusi berupa pembuatan modul sebagai jembatan memahami informasi dan sarana pembelajaran. Sedangkan BPS sebagai penyedia data, analisa, perbaikan data dan arsip yang tersedia.



Proyek yang akan berlangsung selama dua tahun dan mendapat dana 170.000 dollar Australia dari AusAID ini, menurut pakar demografi dari ANU Profesor Terence H Hull, tidak perlu dikhawatirkan berhenti di tengah jalan seiring berakhirnya masa proyek. “Memang ini proyek, tapi sejak awal masing-masing pihak tidak hanya bersikap sebagai mitra kerja tapi juga sebagai keluarga. Jadi meski proyek sudah selesai, ini akan terus dikembangkan,” jelas Terence menjawab keraguan tentang kelanjutan proyek ini.



Dengan situs ini diharapkan, kemampuan pengelolaan ekonomi serta akses pelayanan sosial dasar bisa meningkat mengingat kini adalah masa transisi menuju desentralisasi pemerintahan. “Kunci sukses desentralisasi adalah tersedianya data sosial dan ekonomi yang akurat agar bisa diakses oleh pemerintah tingkat lokal dengan cepat. Ini tidak hanya berguna bagi pembangunan ekonomi tapi juga politik, kerukungan sosial, dan pengentasan kemiskinan,” tambah Terry.(eki)

No comments: