Sunday, September 30, 2012

Mimpi ?

Kejadian pagi ini,
aku bermimpi?
Sebelum benar-benar terjaga, aku mendengar suara anak-anak, riuh rendah...
kupikir mimpi... tapi begitu nyata spt dari luar jendelaku
tapi kemudian kudengar anakku sesegukan, seperti mau menangis,
dalam tidurnya.
Lalu kubangunkan dia, dan bertanya ada apa?Apa dia di bully?
"Iya... dalam pesta olahraga, aku jatuh, dan teman-teman menyoraki"
Hmmm
apa bisa mimpiku dan mimpinya tersambung?
atau ataukah suara yang kudengar itu suara dari alam lain? Karena saat itu pukul 5 pagi, sudah pasti tidak ada anak-anak di luar jendelaku....
dan suara-suara itu memberitahuku untuk membangunkan anakku?

entah lah...

ah tapi riuh rendah anak-anak itu masih teringat di kepalaku, sampai saat ini

Saturday, September 01, 2012

papan marble dan macaroni

Pagi ini aku bisa duduk di sebelahmu ma.
Aku, papa dan kamu pergi ke sebuah tempat yang jauh, seperti villa.
Dapurnya besar, tapi sayang tempat cuci piringnya (sink)nya kecil sekali sehingga selalu membuat bajuku basah waktu mencuci piring.
Lalu engkau mengajakku pergi ke Bank. Kukatakan : kenapa musti sekarang? Kan jauh.
Lalu engkau berkata, "Aku mau mengembalikan uang papamu" (400$)
Tapi kita tidak jadi pergi karena ada tamu papa, dan kita harus menjamunya.
Dan entah bagaimana aku duduk di sebelahmu. Di situ lah keluar menu macaroni aneh,
yang agak rusak anyamannya, sehingga aku menganyam macaroni itu supaya lebih bagus.

(Dalam mimpi aku berpikir, betapa mama ingin membuat dapur besar dengan papan marble untuk tempat cuci piringnya) Ingin membangun rumah mewah dengan dapur yang besar.
Atau aku terbayang dapur mewah kita di London dulu, dan ingin kembali merasakannya?


Dan paginya aku kaget menerima pemberitahuan dari adikku bahwa papa dirawat di RS lagi :(


Friday, July 13, 2012

Pertemuan Singkat

Malam ini, tanpa angin tanpa hujan, tanpa ada ingatan apa-apa terhadapmu Ma....
Masih kurang dari 11 malam, aku sudah tertidur. Dan dalam tidurku aku sedang bermain komputer dalam gelap di kamar. Mama masuk dan berbaring di sebelahku. Lalu kutanya,
"Ada apa ma?"
Dia tidak jelas berkata apa, hanya seakan membicarakan pembantu yang akan mudik (mungkin karena menjelang ramadhan).
Dan aku terbangun karena suamiku pulang....
Ah, kenapa cuma sebentar ma?

Waktu itu kamu datang dalam mimpi juga hanya sekilas.... membantu aku pindahan.
Aku ingin bertemu lebih lama lagi Ma.... aku kangen....
Hampir 5 bulan kamu pergi ke rumah Bapa ya. Aku sudah bisa melupakan, tapi mungkin karena sebentar lagi aku akan pulang ke jkt ya. Dan tahu bahwa aku tidak bisa menemui wujudmu seperti dulu lagi ya, dan di bawah sadarku aku rindu kamu.

Ma, terima kasih untuk pertemuan tadi ya.
Kapan kita bertemu lagi?

Monday, May 21, 2012

Mau Coba ke Sini

GIANNI'S COFFEE N CAKE
Jl. Cihampelas No. 205
Bandung
Ph : 022.203.7702

Harga :
Framboisine Rp. 12.500
Black Forrest Rp. 12.500
Petit Choux Rp. 15.500
Tofu Amseuhah Rp. 12.500
Double Ekspresso (lokal ) Rp. 10.000
Double Ekspresso ( illy ) Rp. 12.500
Giannis Lemonia Rp. 14.500
Lime Squash Rp. 8.000
Tea Chammomille Rp. 10.000


Steak Glosis yg enak di Hegarmanah...
Ada cafe br buka Rocco jl progo itu enak jg sbelahnya mom's bakery ada roti2 gandum sehat tapi enak...
mie rica di kejaksaan, 
baso malang bom jalan maulana yusuf sbelah praktek dr Kelly
Swike di Cibadak (buka malem2), es krim PT Rasa di jl. Tamblong, batagor Abuy di foodcourt San Francisco di jl. Lengkong Besar (buka malem2), es campur Pa Oyen di jl. Bungsu, ayam goreng Indrawati di jl. Lengkong Besar.

Sunday, March 25, 2012

Blog Review?

Aku tahu namanya dari beberapa status teman di Facebook. Seorang yang energetik, dan mempunyai masalah jantung. Berkat mengintip beberapa tulisan teman-temannya, aku berhasil menemukan blognya...dan terkesima dengan tulisannya. Ah senang bisa mengenal seseorang seperti dia...meskipun dia baru saja dipanggil Tuhan. Rest in peace Ditta, my new blogfriend! I really enjoy reading your blog.

http://dittaville.wordpress.com/2010/04/24/now-or-never/

Sunday, January 22, 2012

Memaafkan Diri Sendiri!

Memaafkan Diri Sendiri!
Oleh: Anthony Dio Martin *

Ketika Lebaran tiba, ada seorang Bapak yang tampaknya kurang antusias. Padahal, puasa sudah ia lewati, dan seharusnya ini menjadi hari kemenangannya. Dari luar, ia tampak sibuk bersilaturahmi dan mengunjungi saudara-saudaranya. Pokoknya, ia mengikuti ritual Lebaran, namun hatinya, tidak disitu. Dan setelah beberapa hari Lebaran lewat akhirnya si Bapak ini berkeluh kesah pada seorang temannya. “Kenapa ya, kita sudah bermaaf-maafan, dan saya pun sudah meminta maaf maupun memaafkan orang yang salah pada saya”, katanya menghela nafas panjang, “Tetapi.. .tetap saja saya tidak merasakan adanya damai di hati saya”. Temannya yang mendengarkannya dengan tenang, berpikir sejenak lalu mengomentari, “Kawan, mungkin itu disebabkan karena kamu sendiri belum memaafkan dirimu!”

Begitulah para Pembaca. Tradisi maaf-memaafkan pada saat Hari Raya Lebaran yang menyehatkan secara mental dan spiritual ini, seringkali berwujud sebagai suatu seremonial belaka. Padahal, berbagai tulisan dan penelitan mengemukakan bahwa pemaafan, bukan saja diperintah oleh agama, tetapi secara psikologis, juga sangat menyehatkan.

Baru-baru ini, majalah populer psikologi terkenal di dunia yakni Psychology Today, menulis soal forgiveness ataupun pemaafan, khususnya soal pemaafan diri. Tulisan ini melansir kembali penelitian Stanford Forgiveness Project yang dipimpin oleh Dr.Luskin. Hasilnya, setelah 6 bulan belajar teknik dan filosofi memaafkan, mereka yang yang akhirnya betul-betul memaafkan, mampu hidup lebih sehat dan bahkan 70% merasa lebih bahagia. Menariknya, salah satu bagian dari proses pemaafan yang justru menjadi kuncinya adalah tatkala ketika dari sekitar 259 peserta penelitian ini belajar untuk memaafkan diri mereka terlebih dahulu.

MENGAPA MEMAAFKAN DIRI?

Seringkali dikatakan bahwa kunci memaafkan orang lain adalah memaafkan diri sendiri. Terkadang, kita bertemu dengan orang yang lebih mudah memberi ampunan dan maaf pada orang lain, tetapi terus-menerus menyiksa dirinya dengan kasalahan atau pun kegagalan yang pernah mereka lakukan di masa lampau.

Saya pun teringat kisah dalam film “Eat, Pray and Love” yang diperankan Julia Robert. Di kisahkan, dalam perjalanannya ke India, ia bertemu dengan seorang bapak bernama Richard dari Texas yang keluarganya hancur bahkan ia meceritakan kisah tragis tentang kesalahan yang ia perbuat terhadap keluarganya. Akibatnya, begitu lamanya si Richard ini tidak bisa berdamai dengan dirinya. Dan meski pun jauh-jauh dari Texas hingga ke India, Richard mengakui ia belum bisa memaafkan dirinya.

Mirip kisah ini, saya pun pernah mendengar konseling dari seorang wanita yang mengatakan bagaimana ia sulit memaafkan dirinya gara-gara menyebabkan ibunya stroke yang akhirnya meninggal. Ia mengatakan ketika bertahun-tahun yang silam ia pernah dilarang ibunya berhubungan dengan seorang pria. Karena kesal, ia pun membentak dan bertengkar hebat dengan Ibunya. Ternyata, malamnya si Ibu mengalami stroke dan beberapa hari kemudian, meninggal.

Seperti kisah-kisah di atas, kita bisa melihat bahwa, terkadang jauh lebih mudah bagi kita tatkala berhubungan dan memberi maaf pada orang lain. Namun, ketika ini telah menyangkut diri sendiri, tak mudah untuk melakukannya. Khususnya jika ini terkait dengan masa lalu atau kesalahan fatal, kebodohan, kelalaian, kecerobohan yang sangat sulit untuk kita lupakan.

Gary Zukav, salah seorang penulis pengembangan diri, dalam wawancara di acara TV Oprah Show beberapa tahun silam, menggunakan ilustrasi orang yang tidak memaafkan dirinya ibarat seperti orang yang terus memikul tas berat di pundaknya. Kemana-mana tanpa mau sedetik pun ia mau melepaskannya. Dengan cara memikul tas itu, menurut Zukav orang berpikir bahwa itulah cara untuk menghukum dan membebaskan dirinya dari kesalahan masa lalu. Tetapi, bukannya merdeka, justru orang semakin terpuruk dalam proses menghancurkan dirinya.

4 LANGKAH MEMAAFKAN DIRIMU!

Setiap orang berbuat salah, tetapi tidak semua orang mampu menerima dan berdamai dengan kesalahan itu. Ada baiknya kita pun belajar untuk mulai memaafkan diri kita sendiri, sebelum kita memaafkan dan meminta maaf dari orang lain. Dan semua proses itu harusnya dimulai dari keinginan kita untuk mengatakan, “Saya memberi izin pada diri Saya sendiri untuk sembuh”. Sebagai tips, ada empat langkah penting dalam rangka membereskan ‘tas-tas’ kesalahan masa lalu kita.

Pertama, membuka hati kembali. Ketika kita mulai diliputi rasa bersalah, rasa malu dan rasa penyesalan atas apa yang terjadi, kita mulai menyelimuti diri kita dengan kabut hitam. Tak mengherankan jika rasa penyesalan ini sering berakhir dengan pikiran ingin melukai diri sendiri, bunuh diri atau pun keinginan untuk mensabotase potensi maupun apa yang akan kita capai. Saya teringat dengan seorang Bapak tua pebisnis sukses yang setiap hari, dalam konselingnya berkata, “Buat apa saya sukses? Saya sukses tetapi anak saya narkoba. Ini gara-gara saya tidak menjaganya ketika masih kecil. Saya merusaknya demi ambisi saya”. Sebenarnya, si Bapak ini mestinya sadar mengulang-ulang kalimat semacam itu tidak akan ada gunanya. Jauh lebih baik bagi si Bapak ini untuk mulai berpikir, saatnya untuk STOP penghukuman diri ini dan memikirkan hal yang lebih baik dan lebih masuk akal untuk dilakukan.

Kedua, cobalah untuk mencintai diri kembali. Terkadang, apa yang membuat kita tidak bisa memaafkan diri adalah karena kita melihatnya dari posisi sekarang. Tetapi, jika kita kembali ke situasi waktu kejadian yang kita sesali terjadi, mungkin kita akan melihat bahwa kita tidak punya banyak pilihan atau tak jarang dalam kondisi yang terjepit. Akibatnya, kita pun terpojok untuk mengambil keputusan tersebut. Coba lah untuk melihat alasan lain yang mungkin bisa membuat diri Anda memaklumi bahkan mengerti, juga memaafkan diri Anda dalam situasi itu.

Ketiga, banyak orang berpikir bahwa dengan rasa bersalah atau rasa malu atau pun rasa penyesalan terus-menerus, ini berarti menunjukkan perasaan sayang kita. Inilah cara berpikir yang salah. Kita boleh merasa bersalah, tapi bukanlah berarti kita harus terus-menerus terjebak dalam rasa bersalah itu. Bisa jadi, orang yag kita buat salah pun, berharap kita menjadi bahagia dan tidak larut lagi dalam penyesalan dan penderitaan kita. Daripada hanya duduk menyesal, mungkin lebih baik kita arahkan rasa penyesalan itu dengan melakukan sesuatu yang lebih konkret dan positif.

Empat, mulailah melakukan sesuatu yang lebih positif. Ada seorang pemabuk yang pernah menabrak mati seorang bocah, akhirnya memutuskan untuk menghidupi keluarga bocah yang miskin itu. Bahkan, ia juga membangun panti asuhan untuk anak-anak yang kurang mampu. Begitu pula ada kisah seorang yang akhirnya menjadi dokter karena pernah menyebabkan cacat seumur hidup pada adiknya, gara-gara salah memberinya obat. Jadi pikirkanlah apa yang bisa dilakukan, daripada terus-menerus tenggelam dalam rasa penyesalan ini.

Akhirnya, semoga kita selalu ingat, sebelum kita minta maaf dan memaafkan orang lain, pastikan kita juga memaafkan diri kita sendiri!

* Anthony Dio Martin, Trainer, Motivator, Penulis buku-buku Bestseller

Tuesday, January 10, 2012

JANJI

Sebuah sharing :




Istriku berkata kepadaku yang sedang membaca Koran: "berapa
lama lagi kamu baca koran itu?, tolong kamu ke sini dan bantu 
anak perempuanmu tersayang untuk makan!". 

Aku meletakkan Koran dan melihat anak perempuanku satu2nya,namanya
Sindu
tampak ketakutan,air matanya membanjir sementara didepannya
ada semangkuk nasi berisi nasi susu asam/yogurt (nasi khas 
India/curd rice) Sindu anak yang manis dan termasuk pintar
dalam usianya yang baru 8 tahun. Dia sangat tidak suka makan
curd rice ini. Ibu dan istriku masih kuno, mereka percaya
sekali kalau makan curd rice ada "cooling effect" . 

Aku mengambil mangkok dan berkata "Sindu sayang, demi ayah, maukah
kamu makan beberapa sendok curd rice ini? Kalau tidak ,nanti
Ibumu akan teriak2 sama Ayah".

Aku bisa merasakan istriku sedang cemberut dibelakang punggungku. Tangis 
Sindu mereda dan ia menghapus air mata dengan tangannya dan berkata:
"Boleh
ayah akan saya makan curd rice ini tidak hanya beberapa sendok
tapi semuanya akan saya habiskan ,tapi saya akan minta .."
agak ragu2 sejenak, kemudian ia melanjutkan "akan minta
sesuatu sama ayah bila habis semua nasinya". "Apakah ayah mau
berjanji memenuhi permintaan saya?", aku menjawab "Oh pasti
sayang". 
Sindu bertanya sekali lagi untuk memastikan: "Betul nih
ayah?". "Yah pasti", kataku sambil menggenggam tangan anakku
yang kemerah mudaan dan lembut sebagai tanda setuju.

Sindu juga mendesak ibunya untuk janji hal yang sama, istriku 
menepuk tangan Sindu yang merengek sambil berkata tanpa
emosi, "Janji" kata istriku Aku sedikit khawatir dan berkata:
"Sindu jangan minta komputer atau barang2 lain yang mahal
yah,karena Ayah saat ini tidak punya uang". 
Sindu menjawab :"Jangan khawatir ,Sindu tidak minta barang2
mahal kok"

Kemudian Sindu dengan perlahan-lahan mulai menghabiskan semua
nasi susu asam itu, kelihatannya ia sangat menderita. Dalam
hatiku aku marah terhadap istri dan ibuku yang memaksa Sindu
untuk memakan sesuatu yang tidak disukainya Setelah Sindu
melewati penderitaannya ,dia mendekatiku dengan mata penuh
harap dan semua perhatian (aku ,istriku dan juga ibuku) 
tertuju kepadanya.

Ternyata Sindu mau kepalanya digundulin/dibotakin pada hari Minggu.
Istriku spontan berkata "permintaan gila , anak perempuan dibotakin,
tidak
mungkin!". Juga ibuku menggerutu jangan sampai terjadi dalam 
keluarga kita, dia terlalu banyak nonton TV dan program2 TV
itu sudah merusak kebudayaan kita. Aku coba membujuk: "Sindu
kenapa kamu tidak minta hal yang lain kami semua akan sedih
melihatmu botak". Tapi Sindu tetap dengan pilihannya, "tidak 
ada 'yah, tak ada keinginan lain" kata Sindu Aku coba
memohon kepada Sindu : "Tolonglah kenapa kamu tidak mencoba
untuk mengerti perasaan kami " Sindu dengan menangis berkata
: "Ayah sudah melihat bagaimana menderitanya saya 
menghabiskan nasi susu asam itu dan Ayah sudah berjanji untuk
memenuhi permintaan saya kenapa Ayah sekarang mau menjilat
ludah sendiri?Bukankah Ayah sudah mengajarkan pelajaran moral
,bahwa kita harus memenuhi janji kita terhadap seseorang, 
apapun yang terjadi, seperti Raja Harishchandra (raja India
jaman dahulu kala ) untuk memenuhi janjinya rela memberikan
tahta, harta/kekuasaannya, bahkan nyawa anaknya sendiri".

Sekarang aku memutuskan untuk memenuhi permintaan anakku : 
"Janji kita harus ditepati"
Secara serentak istri dan ibuku berkata : apakah aku sudah
gila?
"Tidak" jawabku," kalau kita menjilat ludah sendiri, dia
tidak akan pernah belajar bagaimana menghargai dirinya 
sendiri". "Sindu permintaanmu akan kami penuhi".

Dengan kepala botak, wajah Sindu nampak bundar dan matanya
besar dan bagus Hari Senin ,aku mengantarnya ke sekolah,
sekilas aku melihat Sindu botak berjalan ke kelasnya dan 
melambaikan tangan kepadaku, sambil tersenyum aku membalas
lambaian tangannya. Tiba2 seorang anak laki2 keluar dari
mobil sambil berteriak "Sindu tolong tunggu saya!". Yang
mengejutkanku ternyata, kepala anak laki2 itu botak. Aku 
berpikir mungkin"botak" model jaman sekarang . Tanpa
memperkenalkan dirinya seorang wanita keluar dari mobil dan
berkata: "Anak anda, Sindu benar2 hebat, anak laki2 yang jalan
bersama-sama dia sekarang, Harish adalah anak saya, dia 
menderita kanker leukemia". Wanita itu berhenti sejenak,
"menangis tersedu-sedu, bulan lalu Harish tidak mau masuk
sekolah, karena pengobatan chemo therapy kepalanya menjadi
botak hingga dia tidak mau pergi kesekolah karena takut diejek 
oleh teman2 sekelasnya". "Nah Minggu lalu Sindu datang
kerumah dan berjanji kepada anak saya untuk mengatasi ejekan
yang mungkin terjadi. Hanya saya betul2 tidak menyangka kalau
Sindu mau mengorbankan rambutnya yang indah untuk anakku 
Harish" "Tuan dan istri tuan sungguh diberkati Tuhan mempunyai
anak perempuan yang berhati mulia". 

Aku berdiri terpaku dan
aku menangis..... malaikat kecilku tolong ajarkanku tentang
Kasih