Thursday, February 12, 2009

Dari Olanda sampai Belanda

ORANG Indonesia melafaz English menjadi Inggris, Francaise menjadi Perancis. Lantas dari mana asal lafaz yang kini dibakukan sebagai Belanda?

Belanda berasal dari Hollandia atau Hollander, sebutan bagi orang Nederland. Mula-mula dalam tulisan Arab gundul-huruf terpakai di Indonesia sebelum Latin-perkataan ini ditulis Olanda. Namun, kemudian, berhubung huruf Arab o adalah waw, dan waw dalam huruf Arab mencakup tiga huruf Latin, masing-masing o, u, dan w, tulisan Olanda pun dibaca Walanda. Lantas sekarang, sebagaimana banyak huruf w menjadi b, antara lain watu jadi batu, wulan jadi bulan, wayang jadi bayang, wihara jadi biara, wuwungan jadi bumbungan, maka Walanda pun akhirnya menjadi Belanda.

Pengaruh bahasa Belanda tak kecil di Indonesia. Semuanya telah menyatu dan nyaris tak berbekas. Mulai dari yang indah sampai yang busuk. Misalnya yang bau: kakus dari kak huis ’rumah berak’. Yang rawan: beha (BH) singkatan bustehouder harfiahnya berarti pemegang susu. Yang remeh: ember dari emmer. Yang jelimet: onderdil dari ondordeel ’bagian-bagian bawah’. Atau yang bikin orang kemaruk: duit, baca deewt, perkataan lama Belanda di kalangan lanun dan bajak laut untuk keping-keping emas dan perak.

Untuk alasan berutak-atik bahasa, atau kerata, seperti yang dilakukan Willem Hietbrink dan Ronald Langendijk dalam Kwispelen met taal, arkian bahasa Belanda memang unik. Beberapa kata bahasa Eropa, menurut kedua orang ini-yang notabene telah diserap pula menjadi bahasa Indonesia-konon berasal dari bahasa-bahasa Belanda.

Di Belanda, selain bahasa resmi yang digunakan sampai di Belgia, ada juga bahasa Fries di provinsi utara, dan dialek-dialek khas antara Brabant di provinsi selatan dan Limburg di provinsi tenggara.

Mulai saja dari kata Holland yang merupakan nama provinsi di bagian barat. Kata ini berasal dari hoal land atau haal land, artinya mengambil tanah, maksudnya mengambil tanah-di bawah permukaan laut-untuk tempat tinggal.

Akor, dari accord, jabarannya hou ik woord ’aku pegang kata’. Kios, dari kiosk, asalnya kiek hoske, yaitu salah satu dialek bahasa Belanda untuk kijk huije, artinya melihat rumah yang kecil.

Maskapai, dari maatschappij, aslinya mee te scheppen, artinya ikut ambil bagian. Tradisi, ejaan Belandanya traditie, berasal dari perkataan trouw diets zijn, artinya setia pada yang ini. Kado, dari cadeau atau adeuatje, berasal dari perkataan ik doe het je yang diucapkan cepat menjadi kdoetje, artinya aku buatkan untukmu.

Selain itu, banyak juga kata bahasa Perancis berasal dari bahasa Belanda dan sebagian telah pula masuk dalam bahasa Indonesia. Misalnya carrefour-kini nama toserba paling besar di beberapa wilayah Jakarta-artinya perempatan, konon berasal dari bahasa Belanda, karevier.

Garasi, dari bahasa Perancis garage, turun dari bahasa Belanda, karhuisje, artinya rumah kecil untuk kendaraan. Natal, dalam bahasa Perancis berarti kelahiran, berasal dari bahasa Belanda naakt al, artinya sudah telanjang, maksudnya bayi yang lahir dalam keadaan telanjang.

Walaupun kelihatannya banyak kata bahasa Belanda yang diserap di Indonesia, tidak pula berarti tiada kata-kata bahasa Indonesia yang melintas ke Belanda. Setidaknya di dunia tata boga, beberapa nama makanan Indonesia sangat populer di seluruh Belanda. Yang paling populer-demikian tersua di semua restoran dari utara sampai selatan dan dari barat sampai ke timur, meliputi kota-kota besar dan dorp, desa-adalah nasi goreng, sate ajam, gado-gado, kroepoek, serta nama makanan Cina dari Indonesia, seperti bamie, loempia, tjap tjoy, dan seterusnya.

Di luar itu, yang menarik dalam buku tentang etimologi dengan sampul berjudul Waar komen onze woorden vandaan? karya De Vries tersua entri beri-beri. Menurut Vries, perkataan ini masuk ke bahasa Belanda sejak 1646, dari Ceylon, kini Sri Lanka, pulau di selatan India yang dulu "milik" Belanda yang ditukar dengan Bengkulu di Sumatera yang dulu "milik" Inggris. Tak disebut bahwa tukar-menukar itu disebabkan beri-beri.

REMY SYLADO Munsyi, tinggal di Jakarta

1 comment:

Anonymous said...

Hehehe...saya pas ke Malaysia juga geli....imigrasi jadi kustom....
Jangan-jangan karena sama Melayu nya ya...

Ahh Imel, saya baru datang sekali ini...