Monday, February 02, 2009

Rijsttafel

Rijsttafel, Fine Dining ala Indonesia dari Oasis

PEMBARUAN/BERTHOLD SINAULAN - Sajian Rijsttafel

Anda pencinta kuliner Indonesia? Kalau jawabnya ya, pasti sudah mengenal Restoran Oasis yang ter letak di Jalan Raden Saleh Raya 47, Jakarta Pusat. Tempat ini sejak lama dikenal sebagai salah satu restoran terbaik di Jakarta yang menyajikan masakan Indonesia, khususnya menu rijsttafel.

Seperti diceritakan General Manager Restoran Oasis, Oom Mucharam Endi, rijsttafel adalah suatu pesta hidangan Indonesia dengan beragam bumbu dan rempah. Penyajiannya mulai dari sup atau soto, perkedel jagung, telur dadar kepiting, ikan bumbu kuning, semur daging, ayam panggang pedas, sate ayam dan sapi, tumis jagung muda, sambal, dan tentu saja nasi. Nasi ini pun bisa berupa nasi kuning atau nasi putih biasa.

Secara harafiah, rijsttafel berarti meja nasi. Kabarnya ini merupakan inovasi orang Belanda pada masa Hindia-Belanda (Nederlands Oost Indie). Walaupun demikian, yang disebut inovasi tidaklah seratus persen penemuan baru karena idenya berasal dari cara makan orang Indonesia yang dalam keluarga makan bersama di satu meja yang penuh beragam menu makanan dan nasi.

Kabarnya, dulu orang Belanda yang berdiam di perkebunan-perkebunan selalu menambah beberapa jenis masakan untuk memenuhi selera makannya, dan dari situlah sebutan rijsttafel muncul, yang belakangan diartikan sebagai makan besar. Rijsttafel disajikan pada pesta-pesta keluarga, dan kemudian merambah ke hotel-hotel, dengan masing-masing menu dihidangkan secara terpisah oleh para pramusaji. Hotel terkemuka di Batavia (sekarang Jakarta) dulu, seperti Hotel Des Indes yang kemudian membuat rijsttafel menjadi terkenal di seluruh dunia. Tak heran bila di banyak hotel di sejumlah negara terutama di Belanda, kini disajikan juga menu rijsttafel yang selalu dikisahkan berasal dari Indonesia. Bahkan sebagian orang mengatakan, rijsttafel tak ubahnya hidangan fine dining ala Indonesia.

Restoran Oasis memang layak menjadi sebuah tempat makan fine dining. Bangunan dua tingkat bergaya mansion yang dibangun 1928 semula adalah rumah pribadi dari seorang konglomerat Hindia-Belanda, F Brandenburg van Oltsende. Dia adalah tuan tanah yang mempunyai perkebunan teh, karet, dan tanaman keras lainnya.

Bangunan ini juga pernah menjadi rumah peristirahatan tak resmi dari Gubernur Jenderal Hindia-Belanda saat Perang Dunia II. Kabarnya, sang Gubernur Jenderal merasa tak nyaman berdiam di Koningsplein Paleis (sekarang Istana Merdeka), karena takut dibom pesawat balatentara Jepang. Setelah perang usai, gedung itu sempat pula ditempati Atase Angkatan Laut Amerika Serikat. Belakangan, pada 1970 bangunan itu mempunyai nama baru, Oasis Restaurant atau Restoran Oasis.

Bangunan dengan langit-langit yang tinggi, sehingga sirkulasi udara dapat lancar keluar masuk itu, dipenuhi pula dengan beragam benda dan mebel kuno yang bersejarah. Termasuk mosaik kaca patri buatan seniman Belanda, Robert Deppe. Desainnya menggambarkan Desiderius Erasmus van Rotterdam (1466-1536), seorang humanis dan seniman Belanda yang sedang naik kuda, dilengkapi dengan lambang keluarganya.

Tak kalah menarik adalah sejumlah karya lukis karya maestro Hendra Gunawan, patung-patung Asmat dan Kalimantan, beragam topeng dari berbagai daerah, kain-kain tenun kuno, dan banyak lagi. Beberapa patung bergaya Romawi juga menghiasi taman restoran tersebut.

Khas

Suasana khas juga dibangun pengelola restoran itu untuk menyambut kedatangan tamu. Saat kendaraan tamu masuk, akan disambut dengan petugas pembuka pintu. Begitu kaki melangkah ke dalam, tabuhan gamelan Sunda dan pukulan gong menyambut kedatangan tamu. Bagi tamu perempuan, bros bunga diberikan gratis.

Restoran ini mempunyai beberapa ruangan menarik. Ada Topeng Bar, tempat para tamu dapat bersantai dan berbincang-bincang sambil menikmati beragam jenis minuman. Lalu ada Sumatra Room yang merupakan ruang makan utama di res toran itu. Ada lagi ruang makan pribadi, dan taman Oasis.

Di Sumatra Room, begitu tamu memesan rijsttafel, maka akan keluar tak kurang dari 22 pramusaji perempuan membawakan beragam sajian makanan. Tetapi sebelumnya, tamu disuguhi soto ayam yang lezat sebagai makanan pembuka, lalu sebagai selingan perkedel jagung yang empuk dan gurih.

Rijsttafel-nya sendiri dimulai dengan nasi kuning, lalu berturut-turut semur daging, ikan bumbu kuning, ayam panggang pedas, sate ayam dan sate sapi, rempeyek, dan banyak lagi. Sekitar 15 menit kemudian, seorang pramusaji menawarkan apakah tamu masih ingin menambah lauknya? Bila jawabannya "ya", maka berturut-turut muncul lagi para pramusaji membawakan beragam hidangan yang bisa dipilih.

Sebagai penutup, dihidangkan secangkir teh atau kopi dan buah-buah yang menyegarkan. Tambahan lain, kue-kue manis yang kelezatannya terus membekas. Mmm..., nikmatnya.

PEMBARUAN/BERTHOLD SINAULAN

No comments: