Itu nama restoran Indonesia yang ada di shinjuku. Aku dulu sering ke sana karena memang di sana satu-satunya restoran yang masih representative kalau mau memperkenalkan masakan Indonesia. Meskipun aku pernah kecewa karena waktu aku di shoot untuk tv cable mwaktu makan di sana, pelayannya bilang bahwa rendang disitu ngga pake santan. Weleh sejak kapan rendang ngga pake santan, itu sama juga boong dong. But anyway, sejak restoran Bengawan Solo yang di roppongi tutup, satu-satunya tempat yang bisa mewakili ya jembatan merah ini. Sudah beberapa kali aku ikut pesta dari Fukuoka sensei atau pertunjukan tarinya mas didik nt di sini. Dulu kalau ajak mahasiswa ke tempat murah aku suka ajak ke resto jakarta yang ada di dalam restoran Tomio di Shin Okubo. Biasanya aku pesan dulu makanannya sama kokinya lewat HP, baru ke sana. Tapi terakhir aku mau ke sana dan telpon HP nya si koki udah ngga nyambung. Ya berarti abis lah koneksi resto yang murah dan enak. Kalau di tomio ini yang enak Buntut rawon dan sate ayamnya.
Iya ceritanya aku janjian sama murid kelas shokyu untuk makan di resto indonesia sesudah pelajaran jam ke tiga. Tadinya rencananya mau ke Cabe, tapi karena jauh dan masih musti jalan 20 menit dari stasiun, jadi dibatalkan. Cari yang deket aja karena sudah lapaaaaaaar. Berangkat dari waseda aja udah jam 2:30. Kita naik bus yang langsung ke shinjuku. Bertiga saja Hayashi san dan Imamura san.
Kita pesan menu lunch nya , nasi campur. Isinya? Udang cabe, bakmi goreng, daging gule, gado-gado dan sate.Lumayan juga sih enak karena udah lama ngga makan di sini.
Pulang dari sini sekitar jam 5 sore, dan sudah mulai gerimis. Pas aku sampai di oiz, aku belanja dulu dnegan harapan hujannya reda. Eeeee malah bukan reda tapi tambah deras dengan petir yang menyambar-nyambar. Duuuh ngga bawa payung lagi. Memang semua pada kaget karena menurut prakiraan cuaca tidak akan hujan. Ternyata hujan mendadak begini.
No comments:
Post a Comment