Aku sudah mau berangkat, sekitar jam 13 lewat sedikit. tapi aku mau liat dulu, kalau-kalau ada email masuk. Dan ternyata ada email dari frater Ardy dan isinya berita duka. Pastor Norbert Nahak telah meninggal dunia jam 11:44 waktu Tokyo. Waduh aku kaget dan langsung telepon sana-sini memberitahukan berita ini. akhirnya aku keluar rumah sudah jam 13:30 an, dan pasti terlambat deh. Yahhh biar deh, nanti aku minta maaf dan kalo perlu aku perpanjang waktu belajarnya.
Ternyata aku sampai di kantor itu terlambat cuman 10 menit, so not a serious late. Aku juga heran dengan sistem kantor ini, pelajarnya masak dipanggil kalo kita udah datang, bukannya nungguin di kelas langsung. Yah gpp deh, santai aja. Setelah ngajar disini aku mampir dulu di warnet untuk liat email perkembangan baru mengenai jam melayat, misa requiem dll. Ternyata jenasah sudah dibawa ke gereja kichijoji, dan bisa dilihat sampai jam 10 malam. So rencana aku setelah mengajar koi, aku akan mampir ke sana, toh aku harus lewat sana untuk pulang.
Ternya pak bambang dan pak jarot juga akan pergi, sehingga kita janjian jam 8:30 di pinggir jalan meguro, dipick up sama pak jarot dan naik mobil ke kichijoji. Kita parkir mobil di pelataran parkir gereja, baru ke tempat duka. Rupanya jenazah disemayamkan di salah satu ruangan pastoran di lantai satu. Sudah dimasukkan peti dan dihias bunga. Di meja kecil depannya ada bunga, injil dan blangkon. Rupanya blangkon itu pemberian salah satu temannya dan paling disukai.
Aku masuk tapi memberikan jalan dulu kepada bapak-bapak untuk menyalami frater yang keliatan sekali bermata merah sembab. Sesudah itu aku juga memberikan salam disusul ibu-ibu. Kedua bapak-bapak melihat wajah pastor dan berdoa sendiri sendiri di depan jenazah.
43 tahun, masih muda. akan berulang tahun tanggal 13 Februari. Iya, aku ingat benar, karena ada di catatan aku, satu hari sebelum valentine. Kejadiannya pagi hari jam 6 pagi beliau tidak sadarkan diri di kamarnya, setelah mandi. Mungkin perubahan cuaca dari dingin, panas, dan dingin membuat tekanan darahnya naik. Tapi baru diketahui setelah ketahuan karena sebetulnya pastor bertugas membawakan misa di kapel susteran tapi tidak datang-datang, sehingga mungkin di cari oleh seorang pastor tua. Baru diketahui bahwa pastor Norbert sudah tidak sadarkan diri di lantai, dan langsung dibawa ke rumah sakit. Waktu diperiksa tekanan darahnya 300 lebih. Tidak ada manusia yang tahan , sehingga oleh dokter dikatakan, bukan masalah berapa hari lagi tetapi berapa jam lagi. rasanya tidak mungkin ada mujizat lagi. Akhirnya jam 11:44 pastor menghadap Bapa pencipta.
Aku tidak begitu dekat dengan pastor, tetapi memang senyumnya tidak bisa dilupakan. pastor selalu tersenyum meskipun badannya besar, dan muka agak garang mengerikan. Dan aku pernah sama-sama naik taxi pulang bersama pastor, riku dan mama waktu mama datang ke tokyo dan kita adakan acara di rumah pak Tikto. Sekitar jam 10 kurang 15 aku tanya frater apa kita bisa menyanyi dan berdoa, kalau ada Puji Syukur mungkin kita bisa berdoa bersama. Jadi Frater pergi mengambil Puji Syukur di kamar pastor Norbert. Sementara itu aku mengingat lagu yang dulu sering dinyanyikan Cavido. Meskipun bukan lagu perpisahan tapi kata-katanya bagus, karena kita menyerahkan semuanya ke tanganNya. Aku ingin sekali menyanyi lagu itu sebagai persembahan untuk pastor.
Jadi sebelum frater datang aku berdiri dan berdoa sendiri sambil melihat wajah pastor terakhir kali. tenang...seperti tidur saja, tidak ada tanda-tanda kesakitan. Semoga pastor berbahagia di rumah Bapa.
Kita kemudian bernyanyi dan berdoa bersama, dan dibacakan ayat-ayat dari Injil oleh frater. Dan sebagai penutup aku menyanyikan lagu ini
Tuhan Maha penolong dengarkanlah doaku
Lebarkan jalan yang kan kulalui
terangi lorong-lorong jangan biarkan beku
hati dalam gelap ini
Oh Tuhan kepada siapa
kami akan mengadu
siapalah gerangan jua
penuntun perjalananku
Janganlah ya Tuhanku Biarkan ku memilih
tentukan langkah hidupku.
Setelah kembali ke kursi, aku liat yumiko horas dan suami hadir. aduh malu deh, soalnya yumiko penyanyi sopran.heheh tapi masa bodoh deh. itu kan lagu persembahanku untuk pastor. lega bisa nyanyikan lagu itu. Aku sendiri suka menangis sendieri kalau menyanyikan lagu itu. Tapi kali ini aku tidak menangis, karena aku juga tidak mau melihat wajah pastor.
Aku pulang jalan kaki ke stasiun kichijoji, dan naik bus pulang. Sampai di rumah jam 12 malam, dan gen dan riku sudah tidur. Rasanya belum mau tidur, jadi aku minum sake dan tsumami kacang, sambil browsing dan membalas email yang masuk.
1 comment:
Hai Imelda, salam kenal...apakah blog ini masih aktif? Saya andrie, asal dari kebumen, jawa tengah, indonesia. Saya ingin bertanya ttg Om norbert nahak semasa beliau hidup nya...sudilah kiranya kita berteman di Whatsapp?.#Hp : 085640078783. Terimakasih kawan. Salam.
Post a Comment