KOmpas Online.
Ya, Pujo harus mengatakan "Untung ada sabuk pengaman". Malam baru saja membuka matanya saat ia harus segera pergi ke Bogor karena ada urusan penting. Selepas gerbang Cibubur, ia melajukan mobilnya di atas kecepatan yang diperbolehkan di jalan tol. Semua tanpa masalah ketika ia mulai melewati setopan Sentul. Terlena oleh sepinya jalan, ia tidak menyangka ada orang menyeberang.
Refleks Pujo mencoba membanting setir agar tidak menabrak orang yang "nyelonong" tadi. Sayang, bantingan itu justru berakibat fatal. Mobilnya terguling entah berapa kali sebelum akhirnya ia keluar dari mobilnya yang telah berhenti dalam posisi miring.
Kesadaran Pujo menggunakan sabuk pengaman bukan akibat kampanye beberapa tahun lalu. Jauh sebelum orang ramai-ramai bersuara soal perlunya penggunaan sabuk keselamatan, ia sudah menerapkannya. "Pernah saya dicap norak gara-gara itu. Tapi saya enggak peduli. Kalau terjadi celaka, ’kan saya juga yang kena, bukan mereka," kilahnya.
Indonesia memang belum lama memasyarakatkan sabuk keselamatan ini. Padahal sejarah sabuk ini sudah dimulai sejak tahun 1849 dengan Volvo sebagai pelopornya. Padahal, berapa sih kecepatan kendaraan yang bisa dicapai tahun itu? Sedangkan pemegang paten pertama dalam hal sabuk keselamatan ini adalah Edward J. Claghorn dari New York.
Paten bernomor #312.085 yang diberikan pada 10 Februari 1885 itu menjelaskan bahwa "… rancangan yang diterapkan kepada orang dan berupa sangkutan dan peralatan lain yang mampu memberikan keselamatan seseorang terhadap objek yang tetap."
Di Amerika Serikat pelopor gerakan penggunaan sabuk keselamatan ini adalah para dokter. Pada 1930-an, mereka memodifikasi sendiri sabuk itu, namun intinya adalah "memegang" pinggul agar tetap "menyatu" dengan jok mobil. Mereka pun mulai mendorong pabrik mobil agar memasukkan sabuk keamanan ini sebagai peralatan standar.
Tahun 1953 Perkumpulan Dokter Negara Bagian Colorado menerbitkan kebijakan yang mendukung pemasangan sabuk keselamatan di semua mobil. Dukungan ini meluas seperti Klub Mobil Balap Amerika yang mengharuskan pembalap yang ikut kompetisi harus menggunakan sabuk ini.
Himbauan tadi didengar oleh Ford dan Chrysler yang tahun 1956 menawarkan sabuk dua titik untuk kursi depan. Sayangnya, kelengkapan ini sifatnya masih pilihan dan pada model tertentu. Tahun yang sama Volvo pun memberikan sabuk dua titik pada kursi depan mobil rakitannya dan setahun kemudian jok belakang.
Sabuk keselamatan model tiga titik baru dikenalkan tahun 1958 oleh tukang rancang mobil Nils Bohlin yang bekerja di perusahaan mobil Volvo, Swedia. Dari ketiga titik itu, dua "memegang" pinggul dan satu "menahan" bahu. Model ini diperkenalkan pada mobil Volvo produksi tahun 1959.
Tak salah jika Volvo dikampanyekan sebagai mobil aman. Ketika yang lain baru mengekor sabuk tiga titik, Volvo sudah mengeluarkan sabuk keamanan model baru pada 1968. Sabuk ini dalam kondisi darurat bisa mengunci "tarikannya" dan dijadikan peralatan standar pada kursi depan. Baru tahun 1971 jok belakang ikut merasakan "tarikan" sabuk model baru.
Mercedes sendiri baru memberikan keamanan seperti ini pada tahun 1973 di mobil kelas S-nya. Sedangkan Ford mencoba melihat keamanan penumpang dari sisi lain dengan mengembangkan kantung udara pada 1971. Sayangnya, uji coba ini disambar General Motors saat mereka meluncurkan mobil berkantung udara tahun 1974.
Dua perangkat tadi - sabuk keamanan dan kantung udara - kemudian menjadi peralatan lumrah pada mobil lansiran baru, meski fasilitas kantung udara baru menyentuh mobil kelas atas. Sementara sabuk keselamatan mulai diterapkan di bus sekolah di beberapa kota seperti New York, Florida, California, Louisiana, maupun negara Inggris Raya. Tak hanya bus besar, bus kecil berkapasitas di bawah 16 yang dioperasikan untuk antar-jemput anak sekolah diharuskan memiliki sabuk keselamatan.
Menurut sebuah data, pada tahun 2003 sabuk keamanan telah menyelamatkan jiwa lebih dari 50.000 orang.
"Di Indonesia ada datanya enggak ya?" Pujo iseng bertanya.
(Dari pelbagai sumber/Yds)
No comments:
Post a Comment