Monday, July 24, 2006

for dust thou art, and unto dust shalt thou return

in the sweat of thy face shalt thou eat bread, till thou return unto the ground; for out of it wast thou taken: for dust thou art, and unto dust shalt thou return. (Genesis3:19)
dengan berpeluh engkau akan mencari makananmu, sampai engkau kembali lagi menjadi tanah, karena dari situlah engkau diambil; sebab engkau debu dan engkau akan kembali menjadi debu." (Kejadian 3:19)

Hari ini aku kembali diingatkan pada ayat alkitab tersebut. Bahwa memang kita akan kembali menjadi debu.
Pagi kita semua bangun jam 7 karena taxi akan menjemput kita pukul 8:30. Sambil sarapan roti dan sup instant, kita mandi dan siap-siap. Riku bangun sebentar karena semua turun ke bawah, tapi karena masih ngantuk tidur di kamar tatami. Untung saja sampai kira-kira jam 8 dia bisa bangun dan ganti baju. kali ini dia tidak menolak untuk pake baju hitam-hitam.

Sampai di tempat upacara yang kemarin, langsung ke panggung dan membakar dupa lagi untuk oma. Kali ini Riku mencoba pasang sendiri bersama gen. Dan Untuk terakhir kalinya kita bertiga berfoto di depan peti oma. Mata aku dan gen udah sembab begitu... yang ambil foto Taku.


hhhhhh upacara hari ini melelahkan dan menyedihkan. Upacara dimulai pukul 10, dengan cara yang sama seperti kemarin, terutama bagi tamu yang kemarin tidak bisa datang, pagi ini kesempatan terakhir untuk menyampaikan penghormatan terakhir. Waktu tunggu tamu aku sempat sendirian di dalam ruang jenazah, dan kemudian Yada san (teman dari okasan) datang, dan berbicara, mengatakan bahwa aku disayang oleh mama dan oma. Aku ngga bisa tahan air mata di situ sambil melihat ke arah peti jenasah, aku bilang " Aku harus berterima kasih pada oma karena dia mau menerima aku apa adanya.... Aku orang asing, banyak cerita yang menggambarkan ketidakharmonisan antara menantu-mertua-keluarga mertua. Tapi itu sama sekali tidak ada. Aku ingat pertama kali kita berkunjung ke orang tua gen untuk memperkenalkan bahwa aku yang akan menjadi istri dia, waktu itu selain aku diterima oleh orang tuanya gen, kita juga pergi ke oma, dan oma dengan lembut menerima aku, aku dapat bunga juga dari Aska. " Aku menangis terus mengingat saat itu. Yada san bilang, tapi kamu juga lebih dari orang Jepang, semua bangga padamu..... Aku senang sekali bisa bertemu Yada san, Hirono san teman dekat okasan. mereka juga ikut terus sampai upacara berakhir, dan aku rasa menjadi support yang besar sekali bagi okasan.

Setelah upacara mulai, dibacakan doa lagi oleh pendeta dan sekitar pukul 11 kurang sepuluh, kita dipersilahkan keluar karena peti akan diturunkan dari panggung. Waktu pintu dibuka lagi, peti sudah berada di tengah ruangan, dan kami mendapat bunga untuk diletakkan dalam peti. Begitu masuk ruangan ini, Ryoko dan aku menangis.... (sama cengeng sih) dan ngga tahan melihat muka obasan, kita hias dengan bunga. Aku lihat okasan memasukkan foto opa, foto kita sekeluarga terakhir waktu makan di pecinan, email dari Taku bahwa kita tidak boleh bersedih dan mengingat kenangan baik dari oma. Kemudian terutama keluarga diberikan bunga-bunga pajangan, anggrek, mawar putih dan daffodils, hampir menutupi semua badan oma. Aku menangis terus, dan yang membuat aku tambah menangis adalah ...Riku ambil saputanganku dan mengusap air mataku dan membelai rambut ....seakan berkata jangan nangis... duh anakku....

Peti ditutup, dan wanita2 diminta untuk ke arah pintu gerbang untuk mengantar peti masuk ke dalam mobil jenasah. Laki-laki membantu mengangkat peti. Kemudian kita masuk ke minibus yang disediakan dan mengikuti mobil jenasah untuk pergi ke tempat kremasi. Waktu mobil jenasah mulai berangkat klakson dibunyikan.

Sampai di tempat kremasi. Ada beberapa ruang, tapi yang terbesar mempunyai 5 buah pintu steel, semacam microwave besar. Tempat pembakaran oma terletak di tengah, dan disitu kita untuk terakhir kali melakukan upacara doa, kali ini aku biarkan riku yang menjumput abu 3 kali. Kemudian peti dimasukkan ke dalam oven itu dan ditutup. Kita disuruh menunggu 1 jam di ruang tunggu dan disediakan bir, juice dan snack. Riku minum banyak jus jeruk dan makan kacang-kacangan. Waktu itu sudah lewat jam 12:30. Aku juga minum bir saat itu, dan riku banyak bermain dengan Hirono obasan. Setelah satu jam kita dipanggil untuk menuju tempat pembakaran tadi.

Seperti biasa, aku dan ryoko menangis, terutama waktu oven dibuka dan kita hanya melihat tulang dan abu. Riku bertanya "おばあさんはOma dimana?"...... Ryoko nangis.... "Riku, oma sudah pergi ke surga...sudah tidak ada..." ずっと死んでいるの? mati terus? Iya sayang, makanya kita kasih bye bye ke oma tadi kan.
Tulang dan abu dikumpulkan lalu dibawa pindah ke salah satu pojok. Petugas pembakaran menjelaskan bagian-bagian tulang apa saja. ternyata tulang leher belakang membentuk patung buddha sehingga bagian itu diletakkan paling atas dalam guci. Sebagai kerabat oma, kita harus meletakkan tulang-tulang tersebut dalam guci (buatan okasan) berdua-dua. Aku tidak tahu bahwa harus berdua-dua, sehingga waktu gen menjepit satu tulang aku juga harus menjepit tulang yang sama. Tulang yang diambil patah, tapi kita harus terus bawa sisa tulang ke dalam guci. ( Aku tanya kepada gen kenapa harus berdua-dua ya. mungkin karena penggunaan sumpit, dan lebih ke faktor psikologis, karena kalau sendiri belum tentu tega untuk menjepit tulang manusia.)
Semua tulang bisa masuk ke dalam guchi, untuk kemudia guchi itu dibawa kembali ke tempat upacara naik mobil.

Di tempat upacara sekali lagi kita memberikan penghormatan dan berdoa. Lalu guchi tersebut dibawa ke ruang makan. Kita makan siang bersama abu oma dan saat itu dijelaskan juga bahwa waktu itu ada toast , tapi minuman tidak diarahkan ke atas, tetapi di arahkan lebih ke bawah. Kampai atau toast itu dilakukan oleh otosan, sambil otosan menjelaskan sedikit sebab-sebab kematian oma.

Sesudah makan siang ini, upacara kematian selesai. Abu dalam guchi dibawa pulang om sebagai anak laki tertua untuk ditaruh di altar di rumah sampai tiba waktunya hari ke 49 dibawa ke kuil untuk dimakamkan. Hari ke 49 itu dijadwalkan tanggal 3 September, tapi karena waktu itu aku masih di jkt, jadi tidak bisa hadir. Bingung juga aku, tapi okasan bilang tidak apa, tidak usah hadir. Nanti setelah pulang saja bisa nyekar di kuburan.

Taku dan Ryoko pulang ke sendai naik shinkansen, kita ke takada. Istirahat dan makan malam somen dingin yang dibuat otosan. Kita sampai di rumah nerima sudah jam 9 malam. it was a long day. We will always remember you oma.

Foto ini yang dipakai ... diambil tanggal 1 September 2002, Obaasan pertama kali ke rumah Nerima, karena aku hamil dari Riku.

No comments: