Sunday, July 23, 2006

Otsuya (Malam Penghiburan)

Semua bangun kira-kira jam 9 an. Lalu karena okaasan masih sakit, aku ambil alih buat sarapan. Ada nasi sedikit, so mau bikin nasi goreng. Tapi waktu aku lihat nasinya kurang untuk 4 orang dewasa. So aku minta gen untuk beli nasi saja di toko Konbini. Sambil aku coba buat nasi goreng. Ternyata karena bumbunya sudah lama, dan buatan indofood (yang enak buatan kokita), rasanya amburadul deh. So aku tunggu nasi yang dibeli, dan buat kanichahan (nasi goreng kepiting) karena sudah ada bumbunya. Biar otosan dan Taku makan chahan aja. Gitu maksudnya....

Kemudian dara-dara, santai sambil menunggu jam berangkat ke tempat upacara yang rencananya jam 3:30 berangkat naik taxi dari rumah. Sementara itu aku sempat ngobrol sama okaasan tentang oma, tentang agama, tentang macam-macam deh. Sambil okaasan berbaring, karena sebetulnya baru 2 hari kan dia keluar dari RS. Karena cukup banyak waktu, dan aku liat juga tidak ada bahan makanan untuk besok dan sesudahnya, aku ajak gen untuk belanja ke "with", toko serba ada dekat rumah. SEkalian aku belajar nyetir mobil di daerah situ. Wah, belanja segala macam deh, mulai dari bumbu untuk bikin onigiri, sampai bir dan sake hihihi. Rencananya nanti malam mau mabok-mabokan. karena besok semua langsung pulang sesudah acara penguburannya.

Riku kita tinggal sama om takunya... dan kita juga tunggu kedatangan Ryoko, untuk bergabung dengan kita naik taksi ke tempat upacara. Teng jam 2:30 semua ganti baju dengan baju hitam-hitam. Yang lucunya si Riku marah-marah ngga mau pake baju hitam. Memang dia suka ngambek kalau ngantuk, dan keliatan dia juga ngantuk saat itu. Semua marah ke riku, akhirnya dia mau.


Jam 4 kita sampai di tempat upacara, dan sebagai anggota keluarga, kita memasang dupa di depan peti oma. Selalu dimulai dan diakhir dengan dupa oleh pihak keluarga. Peti disetting di atas panggung dengan hiasan bunga putih-ungu, dan di tengah-tengah dipasang foto oma. Ternyata foto ini diambil waktu oma pertama kali dan terakhir datang ke rumah kita di nerima. Yaitu sebelum riku lahir, mungkin waktu aku mulai hamil. Aku akan cari apakah aku punya foto ini, tapi sepertinya tidak, karena yang ambil foto adalah papanya gen.

Yang membuat aku menangis waktu pertama kali kita bakar dupa satu-satu. Sebagai urutan, yang pertama pasang adalah anak oma yang laki-laki (om dan tante)serta anak2nya karena family namenya sama. Kemudian okasaan (anak oma perempuan- nama berubah) dan otosan. Kemudian gen (sebagai cucu pertama), aku dan riku, baru Taku dan Ryoko. Untung keluarga cuman sedikit ya. Setelah itu ada beberapa keluarga jauh sesudah kita. Waktu tiba giliran aku, aku sama riku maju ke depan, dan membakar dupa. Waktu di taxi aku udah bilang ke Riku, bahwa kita akan kasih sayonara ke oma. Tapi waktu kita bakar dupa, aku ajak riku berdoa, dia berkata "Obaasan, arigatou", bukan sayonara atau bye-bye, tapi arigatou..... Duh, ngga ada yang ajari dia untuk bilang begitu. Aku begitu terharu sampai aku nangis. Dan waktu aku mundur, aku sempat cerita ke Ryoko san, dan dia juga ikut menangis mendengar ceritaku. Memang seharusnya kita bilang Arigato.... terima kasih atas waktu bersama sebagai cucu dan oma. Bukan Sayonara, karena kita akan bertemu lagi di dunia lain.

Sesudah membakar dupa dari pihak keluarga, kita masuk kamar 'istirahat' sambil menunggu tamu lain, dan upacara oleh pendeta Budha yang akan dimulai jam 6 sore.
Selama upacara, riku boleh dikatakan tenang terus, dan yang terpenting dia tidak bicara keras, atau ikutin bicaranya Pendeta yang membacakan kitab mereka. Sembari dibcakan kitab, kita maju lagi ke depan altar, bukan untuk membakar dupa, tapi menjumput abu 3 kali, dan memmindahkan ke cawan sebelah kirinya yang ada baranya. Aku tidak tahu arti simbolik ini, tapi mungkin perlambang bahwa mayatnya akan dibakar dan kita menghormatinya dengan mendekatkan abu ke kepala 3 kali. Setelah keluarga menjalankan ritual ini, tamu juga melakukan yang smaa di deret belakang. Hari ini Tina dan Kiyoko juga datang untuk memberikan penghormatan terakhir ke oma. Thanks sis...


Setelah selesai membaca kitab, Pendeta memberikan semacam kotbahnya tentang oma. Rupanya menurut pemikiran Buddha, arwah orang yang meninggal selama 7x7 hari = 49 hari (shijukunichi) menjalani latihan untuk menjadi pengikut Buddha. setelah 49 hari ini baru menjadi Hotokesama, dan mempunyai nama lain yang diberikan oleh pendeta. Setelah menjadi hotokesama baru bisa abunya disembah/didoakan di rumah-rumah sebagai leluhur. Hmmmm pemikiran ini mengingatkanku pada api pencucian.
Dan nama yang diberikan pendeta untuk oma adalah Shukuju Ryoteidaishi. 淑寿良貞大姉

Setelah upacara selesai, kita makan bersama dengan saudara-keluarga yang hadir. Pada saat ini kita minum bir, makan sushi, sashimi, seperti pesta besar. Saat ini aku ambil beberapa foto, sebagai kenang-kenangan, karena biasanya dalam upacara penguburan sama sekali tidak ada foto. Memang tidak boleh memotret jenazah, karena dianggap bahwa masih ada nyawanya. Yah tabu deh pokoknya. Tapi sebelum foto tentu saja aku minta ijin. Mungkin karena aku orang asing, maka tamu juga ngga terlalu peduli atau pikir yah.

Sesudah makan malam ini, kita semua pulang kembali ke rumah, dan melanjutkan minum...kemudian teler deh semua. Oh ya, malam ini Riku tidur dengan Om Taku dan tante Ri.... pertama kali tidur dengan orang lain. dan tidur nyenyak terussssssssssss sampai pagi deh.

No comments: